Jakarta, Kemendikbud – Genap sudah satu dasawarsa batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Peringatan Hari Batik Nasional 2019 di halaman kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) pada Rabu malam (2/10/2019) pun terasa lebih istimewa dengan hadirnya 22 diplomat dari negara sahabat. Mereka turut mengapresiasi keindahan batik sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia.
Duta besar negara Srilanka untuk Indonesia, Yasoja Gunasekera, sangat terkesan dengan detil keindahan serta bermacam-macam desain batik. Meskipun baru bertugas di Indonesia selama empat bulan, namun Yasoja mengakui bahwa dirinya sudah jatuh cinta dengan batik. “Ke mana pun saya pergi, saya membelinya sebagai souvenir. Saya mencoba mengumpulkan kenang-kenangan,” ujar Yasoja.
Diakui Yasoja, negara Srilanka pun memiliki kain ‘batik’nya sendiri, namun Indonesia memiliki kelebihan pada kekayaan variasi dan detil corak batik. Kekayaan tersebut, lanjut Yasoja, merupakan hasil penggunaan canting yang mampu menghasilkan desain yang unik. “Kami memiliki gaya yang berbeda, tidak menggunakan canting. Saya pikir, dengan canting Anda bisa menghasilkan detail yang lebih rumit,” tutur Yasoja.
Hal mengesankan lain dari batik menurutnya adalah selalu ada makna atau filosofi di balik simbol-simbol yang terdapat pada kain batik. “Di mana pun di negara ini (corak batik) berbeda. Terkadang saya mendapat sedikit cerita tentang makna simbol, seperti kain yang saya beli di Manado. Saya mendapat kain batik dengan motif dewi,” ujar Yasoja. Untuk mendapatkan cerita di balik motif-motif kain batik tersebut Yasoja tidak ragu untuk bertanya pada petugas di gerai batik. Kini Yasoja sudah memiliki beberapa koleksi batik dari seluruh Indonesia.
Kekaguman akan keindahan batik pun diungkapkan oleh konselor kebudayaan Kedutaan Besar Belanda, sekaligus Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert. Ia melihat batik sebagai warisan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Batik menunjukkan cara pengerjaan yang unik, khususnya karena setiap daerah memiliki batiknya masing-masing.
Yolande mengapresiasi batik dapat terus bertahan, bahkan tetap menjadi bagian yang relevan dengan fesyen terkini. “Kita tidak akan punya masa depan tanpa masa lalu. Batik sangat erat kaitannya dengan sejarah masa lalu, namun memiliki masa depan yang besar. Saya senang UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya,” ungkapnya.
Dengan penetapan tersebut, ujar Yolande, ia yakin semakin banyak orang yang mengenal batik. “Semakin lama Anda di Indonesia, semakin Anda mengenal (batik), semakin Anda menyukainya,” pungkas Yolande.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang turut hadir dalam Peringatan Hari Batik Nasional, pun menegaskan bahwa kini batik sudah bukan sekadar milik bangsa Indonesia, namun milik dunia. Karena itu Ia mengingatkan agar bangsa Indonesia memiliki kebanggaan terhadap khazanah budaya warisan leluhur tersebut.
“Tugas kita sekarang harus terus melestarikan, mengembangkan, dan mendarahdagingkan, agar semua orang menyukai batik,” tegas Muhadjir. (Prani Pramudita)